(Jakarta, 14/11/2016)
Salah satu bintang bulutangkis Indonesia, Hendra
Setiawan, telah memutuskan untuk hengkang dari pelatnas dan menjalani
karier sebagai pemain profesional. Keputusan mantan pasangan Mohammad
Ahsan ini mau tak mau akan berdampak pada peta skuad ganda putra
pelatnas dibawah binaan kepala pelatih Herry Iman Pierngadi.
Apa dan bagaimana pandangan pelatih senior ini
mengenai hal ini? Simak petikan wawancara Badmintonindonesia.org dengan
Herry di Pelatnas Cipayung, Senin (14/11).
Apakah Hendra sudah berkomunikasi dengan coach Herry soal mundur dari pelatnas?
Setelah olimpiade Rio 2016 memang Hendra pernah membicarakan hal ini dengan saya.
Dia sudah memikirkan untuk berkarier profesional,
dia bilang sudah umur juga. Hendra sepertinya ingin lebih enjoy dalam
sisa kariernya di bulutangkis. Sebagai pemain timnas, sepertinya
kendalanya ada di komitmen waktu.
Seorang Hendra kalau sudah di sini (pelatnas) itu
totalitas banget, dari pagi sampai sore. Waktu sama keluarganya jadi
berkurang. Mungkin kalau dia profesional, lebih enjoy, jadi tidak ada
rasa nggak enak sama PBSI, dan lain-lain. Itu pilihan Hendra, saya tidak
bisa memaksakan.
Hendra juga berharap agar regenerasi di pelatnas bisa berjalan setelah dirinya mundur?
Ada betulnya juga, kalau masih ada Hendra/Ahsan,
pemain-pemain lain pasti berpikir ‘ah, masih ada Hendra/Ahsan’. Tapi
pergeseran ini sudah kami persiapkan dari jauh-jauh hari. Dengan
mundurnya Hendra, mau tidak mau, beban akan bergeser ke pemain-pemain
dibawahnya. Ada betulnya Hendra punya pemikiran seperti itu.
Bagaimana peta tim ganda putra selanjutnya?
Sejak lama kami sudah mempersiapkan diri, bahwa
ganda putra tidak bisa terus bergantung pada Hendra/Ahsan. Saya sudah
kumpulkan semua pemain ganda putra dan mengatakan bahwa sudah waktunya
pemain lain selain Hendra/Ahsan yang ditargetkan juara.
Efektifnya awal tahun depan, pemain-pemain lapis harus bisa mengemban tugas ini. Mereka harus siap menggantikan Hendra/Ahsan.
Setelah Hendra keluar dari pelatnas, bagaimana dengan Ahsan?
Sekarang di pelatnas masih ada Ahsan dan saya
meminta bantuan Ahsan untuk ‘mengangkat’ pemain muda. Seperti yang dulu
Hendra lakukan kepada Ahsan. Memang selalu seperti ini, di ganda, dua
itu jadi satu, berbeda dengan tunggal.
Bagaimana dengan kombinasi pasangan baru?
Saat ini saya masih belum bisa bicara detil, karena
tahun depan akan ada kepengurusan baru. Jadi bisa saja ada beberapa
perubahan. Nanti setelah kepengurusan baru terbentuk, baru akan
disampaikan.
Di mata
coach Herry, pasangan mana yang paling siap menerima tongkat estafet
dari Hendra/Ahsan, mengingat dua tahun lagi akan ada Piala Thomas,
bahkan Piala Sudirman sudah di depan mata?
Kalau melihat di Piala Thomas 2016, saya rasa Angga
(Pratama)/Ricky (Karanda Suwardi) sudah siap menggantikan peran
Hendra/Ahsan. Tinggal Marcus (Fernaldi Gideon)/Kevin (Sanjaya Sukamuljo)
yang akan diepersiapkan lagi. Saya optimis mereka siap, ya siap nggak
siap harus siap.
Apa saja yang mesti dipoles dari kedua pasangan ini?
Angga harus meningkatkan kekuatan tangan dan
ototnya. Sedangkan Ricky, fisiknya tidak banyak yang perlu ditambahkan,
namun ada beberapa pukulan yang harus dimatangkan. Overall, mental dan
ketenangan dalam bertanding yang harus ditingkatkan. Namun pencapaian
mereka ke semifinal Denmark dan French Open 2016 secara beruntun adalah
sebuah kemajuan.
Sedangkan Marcus harus memaksimalkan fisiknya dan
recovery pasca cedera. Sebaliknya Kevin punya fisik yang oke, VO2 max
Kevin bagus. Namun sebagai playmaker, Kevin harus lebih sabar mengatur irama permainan dan memperbanyak variasi di depan net.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar